LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU / KANKER PARU | Syoretta's Blog

Senin, 12 Februari 2018

LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU / KANKER PARU

LAPORAN PENDAHULUAN
CA PARU / KANKER PARU





NAMA : HAWINEYNI SYORETTA
NIM : PO.62.20.1.16.020



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
PRODI DIII KEPERAWATAN/REGULER XIX
TAHUN 2017

LAPORAN PENDAHULUAN
CA PARU / KANKER PARU

A. PENGERTIAN
 Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok ( Suryo, 2010).

B.   ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a.    Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b.    Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c.    Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d.    Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e.    Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f.     Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
g.    Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010)

C. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
 PATHWAY

D. TANDA DAN GEJALA
Keluhan utama:
• Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Nyeri dada yang persisten
• Sulit/sakit menelan
• Benjolan di pangkal leher
• Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti :
• Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
• Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi.
-          Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. (Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra).
-          Bronkhografi. (Untuk melihat tumor di percabangan bronkus).
2. Laboratorium.
-          Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). (Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma).
-          Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. (Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi).
-          Tes kulit, jumlah absolute limfosit. (Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
-          Bronkoskopi. (Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
-          Biopsi Trans Torakal (TTB). (Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %).
-          Torakoskopi. (Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi)
-          Mediastinosopi. (Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang  terlibat).
-          Torakotomi. (Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor)
4.    Pencitraan.
-          CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
-          MR

F. PENATALAKSANAAN
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk klien kanker paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2.Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit.
4. Radioterapi paliatif,
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CA PARU / KANKER PARU
  
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1)      Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab :
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
2)      Riwayat kesehatan :
a)      Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b)      Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan yang dirasakan.
c)      Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klien yang berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan hipertensi.
d)     Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang menular/keturunan.
Pemeriksaan fisik.
1. Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2. Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3. Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah, tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru resonan.
4. Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab, jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5. Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan JVC, bunyi jantung 5152 tekanan darah.
6. Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
7. Sistem persyarafan dikaji :
-          sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
-          Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
-          Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
-          Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan menanyakan riwayat penyakit DM.
-          Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit, kepala.
-          Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
–          Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan pola interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat (keluarga).
–          Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri, immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
–          Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah sakit.
Pemeriksaan diagnostik
a.       Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
b.      Rontgen foto
c.       Pemeriksaan hematologi
d.      Pemeriksaan urinalisa
e.       Elektrokardiografi (EJG)
f.       Pemeriksaan kimia darah

B. ANALISA DATA
Analisa data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan daya berfikir yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian keperawatan (Nasrul Effendy : 1998 :23).
Dasar analisa data didapatkan dari :
a.       Anatomi dan Fisiologi
b.      Patofisiologo penyakit
c.       Mikrobiologi dan parasitologi
d.      Farmakologi
e.       Ilmu perilaku
f.       Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi, etika keperawatan.
g.      Tindakan dan prosedur keperawatan
h.      Teori keperawatan dari berbagai sistem dan teori lain, yang berkaitan.
NO
ANALISA DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
Ds :
– Pasien mengatakan sesak nafas
Do :
– Dispnoe saat beraktivitas – Takipnoe
– Ortopnea
− Adanya bunyi nafas tambahan
− Terjadi sianosis
Tidak adekuatnya ventilasi, hipoventilasi
Kerusakan pertukaran gas
2.
Ds :
– Pasien mengatakan sesak nafas
− Pasien mengatakan batuk dan sulit untuk mengeluarkan dahaknya
Do :
 − Adanya bunyi nafas tambahan ( ronchi, mengi )
− RR > normal ( 16-20 x/menit )
− Kehilangan fungsi silia jalan nafas
− Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru
− Meningkatnya tahanan jalan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
3.
Ds :
– Pasien mengatakan takut akan penyakitnya
Do :
– Gelisah
– Perubahan perilaku
− Perubahan emosi
− Krisis situasi
− Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati
− Faktor psikologis.
Kecemasan/Anxietas
4.
Ds :
– Pasien sering bertanya tentang penyakitnya
Do :
– Tampak bingung
− Selalu bertanya
− Bersikap tidak peduli
− Kurangnya informasi
− Kesalahan interpretasi informasi
− Kurang mengingat.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan ca paru / kanker paru adalah :
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak adekuatnya ventilasi / hipoventilasi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas, peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru, meningkatnya tahanan jalan nafas.
3. Kecemasan/Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati, faktor psikologis.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurangnya informasi, kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.

D. INTERVENSI
NO
NO.DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
Dx1
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam, pertukaran gas klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
1. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.

2. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya mengi.

3. Kaji adanmya sianosis

4. Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi

5. Awasi atau gambarkan seri GDA.
1. Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
2. Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
3. Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
4. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
5. Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2
Dx2
Setelah dilakukan tindakan perawatan dalam ...x24 jam bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil :

- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih

- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
1. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.

2. Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.

3. Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.

4. Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.

5. Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
1. Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas.
2. Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.
3. Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
4. Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
5. Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3
Dx3
Setelah dilakukan tindakan perawatan dalam ...x24 jam anxietas / kecemasan pasien berkurang, dengan kriteria hasil:

- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.

- Mengakui dan mendiskusikan takut.

- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.

- Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.

1. Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.

2. Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.

3. Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.

4. Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.

5. Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
1. Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
2. Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
3. Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
4. Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu.
5. Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
4
Dx4
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah, dengan kriteria hasil :

- Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.

- Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.

- Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.

- Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
1. Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Berikan informasi dalam cara yang jelas/ ringkas.

2. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat

3. Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori tinggi.

4. Berikan pedoman untuk aktivitas.

1. Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
2. Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan.
3. Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
4. Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.



E. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.  

F. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  :
1)      Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2)      Mencegah komplikasi
3)      Memberikan informasi tentang proses  / pragnosis dan program pengobatan.
4)      Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.




DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. EGC : Jakarta
Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Holistik. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran : Bandung.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E.1999. Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2. EGC : Jakarta.
https://karyatulisilmiah.com/askep-ca-paru/ diakses pada tanggal 19 Januari 2018
Semoga bermanfaat^^ 
loading...

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Syoretta's Blog Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template