LAPORAN PENDAHULUAN
HHD (HIPERTENSI HEART DISEASE)
NAMA : HAWINEYNI SYORETTA
NIM : PO.62.20.1.16.020
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
PRODI DIII KEPERAWATAN/REGULER XIXA
TAHUN 2017
LAPORAN
PENDAHULUAN
HHD (
HIPERTENSI HEART DISEASE )
A. PENGERTIIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. (Somantri, 2008)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya
antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105
dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap
lebih serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009)
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah
kedokteran menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
pada mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer, 2008)
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang
diterapkan untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari
left ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner,
dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah,
baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012).
B. ETIOLOGI
Menurut Oman (2008), hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1). Faktor
keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi.
2). Ciri
perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah :
a). Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
b). Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
c). Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3). Kebiasaan
hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
a). Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
b). Kegemukan atau makan berlebihan.
c). Stress.
d). Merokok.
e). Minum alcohol.
f). Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain.
1). Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis,
Nekrosis tubular akut, Tumor.
2).Vascular :
Aterosklerosis,
Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis.
3). Kelainan
endokrin : DM,
Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
4). Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
5). Obat –
obatan : Kontrasepsi
oral, Kortikosteroid.
Menurut Mansjoer (2008), penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
1). Elastisitas dinding aorta menurun.
2). Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3). Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4). Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5). Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
C. PATOFISIOLOGI
Penyulit utama pada penyakit jantung
hipertensif adalah hipertrofi ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat
langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban
akhir ventrikel kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah
derajat dan lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral
seperti rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi
system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin sebagai
penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi berhubungan erat
dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis primer.
Pada stadium permulaan hipertensi,
hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir
diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi
pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir
berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat
terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh karena
meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai penurunan
secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan
dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal
yang memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai
dengan penyakit jantung koroner.
Walaupun tekanan perfusi koroner
meningkat, tahanan pembuluh koroner juga meningkat. Jadi cadangan aliran darah
koroner berkurang. Perubahan-perubahan hemodinamik sirkulasi koroner pada
hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung. Ada 2
faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, yaitu :
a). Penebalan arteriol koroner, yaitu
bagian dari hipertrofi umum otot polos pembuluh darah resistensi arteriol
(arteriolar resistance vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam
dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini dan
mengakibatkan tahanan perifer;
b). Hipertrofi yang meningkat
mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot jantung bila timbul
hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot
yang hipertrofik menjadi factor utama pada stadium lanjut dari gambaran
hemodinamik ini.
Jadi, faktor koroner pada hipertensi
berkembang menjadi akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis
yang utama dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri. (Chang, 2009)
PATHWAY
D. TANDA DAN
GEJALA
pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di
jumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kupulan cairan),
penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus).
Individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah gejala yang
menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan
sistemik yang meningkat. Apabia jantung tidak
mampu lagi anahan peningkatkan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifetasi sebagai
nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azoremia (peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak
dapat menimbulkan stroks atau serangan stremik transien yang termanifestasi sebagai
patolisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam
penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada penderita hipertensi disertai
serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai 80%.
E. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan
penunjang untuk pasien Hipertensi Heart Disease (HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara
menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi
ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein
dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram
intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi.
7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar
urin.
8. Foto dada dan CT scan.
F.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi
dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan
pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari
140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan
kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas. Berbagai macam strategi
pengobatan penyakit jantung hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet
dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal
jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu
:
a. Rendah garam,beberapa studi
menunjukan bahwa diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system
renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah
intake sodium yang dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per
hari.
b. Diet tinggi potassium,dapat
menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium
secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai
pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan,
lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat
memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin plasma.
Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
a. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan
bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan
berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat
penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehingga
dapat meningkatan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung
dan terjainya eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAIDs,
simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan darah atau
menggunakannya dengan obat antihipertensi.
b. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit
jantung hipertensi dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi
seperti thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium
channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
HHD (
HIPERTENSI HEART DISEASE )
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari
berbagai sumber data untuk engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan
klien. (Nursalam 2001 : 17)
Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari
pasien dan orang terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
1) Identitas klien :
Meliputi
nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status marital, suku
bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no.rekam medis,
ruang dan alamat.
Identitas
penanggung jawab :
Meliputi
nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
2) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan
saat ini ditanyakan meliputi paliative/propokativ, quality, region/radian,
skala dan time (PQRST).
b) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji
tentang proses penjalaran penyakit sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang
memperberat dan yang memperingan kualitas dari keluhan dan bagaimana klien
menggambarkan yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit
yang pernah dialami klienyang berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit
lain seperti riwayat penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik
(DM), dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji
kemungkinan pada keluarga ada riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat
kesehatan yang menular/keturunan.
Pemeriksaan
fisik.
1.
Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2.
Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya
positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3.
Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab, septum
letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi sinus
frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah,
tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru
resonan.
4.
Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab,
jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil
refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5.
Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan JVC,
bunyi jantung 5152 tekanan darah.
6.
Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri tekan.
7.
Sistem persyarafan dikaji :
-
sistem syaraf
cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
-
Sistem motorik,
dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
-
Sistem sensorik,
dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
-
Sistem endokrin :
dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan menanyakan riwayat
penyakit DM.
-
Sistem integumen :
dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit, kepala.
-
Sistem genetalia,
dikaji genetalia jika klien mau.
– Data sosial, dikaji tingkat pendidikan,
hubungan sosial, gaya hidup, dan pola interaksi melalui wawancara / menanyakan
kepada orang terdekat (keluarga).
– Data psikologis, dikaji status emosi,
gaya komunikasi, konsep diri, immage, harga diri, ideal diri, peran diri,
identitas diri.
– Data spiritual, dikaji ibadah yang
dilakukan klien jika berada di rumah sakit.
Pemeriksaan
diagnostik
a. Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
b. Rontgen foto
c. Pemeriksaan hematologi
d. Pemeriksaan urinalisa
e. Elektrokardiografi (EJG)
f. Pemeriksaan kimia darah
B. ANALISA DATA
Analisa
data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan daya berfikir yang
dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian
keperawatan (Nasrul Effendy : 1998 :23).
Dasar
analisa data didapatkan dari :
a. Anatomi dan Fisiologi
b. Patofisiologo penyakit
c. Mikrobiologi dan parasitologi
d. Farmakologi
e. Ilmu perilaku
f. Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi,
etika keperawatan.
g. Tindakan dan prosedur keperawatan
h. Teori keperawatan dari berbagai sistem dan teori lain,
yang berkaitan.
NO
|
ANALISA DATA
|
PENYEBAB
|
MASALAH
|
1.
|
Ds :
– Nyeri dada yang menyebar / menjalar kelengan (umumnya
kekiri) bahu, leher, rahang sesak.
Do :
– Wajah meringis
– Gelisah
– Nadi > normal (N:80-100 x/menit)
– Respirasi > normal (N:16-20 x/menit)
– TD > normal ( >120/80 mmHg )
|
Iskemik jaringan
|
Nyeri akut
|
2.
|
Ds :
– Pasien mengatakan sesak nafas
Do :
– Dispnoe saat beraktivitas – Takipnoe
– Ortopnea
− Adanya bunyi nafas tambahan
− Terjadi sianosis
|
Tidak adekuatnya
ventilasi
|
Kerusakan pertukaran gas
|
3.
|
Ds :
– Pasien merasa dingin
Do :
– Nadi perifer tidak teraba
– Perubahan warna kulit
− Perubahan suhu kulit
− Ekstremitas dingin
|
Penurunan supali darah keperifer.
|
Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan
|
4.
|
Ds :
– Nyeri pada dada
Do :
– Takikardi
− Distritmia
− Perubahan tekanan darah
− Bunyi jantung ekstra (S3,S4)
− Nadi perifer tidak teraba
|
− Perubahan kontraktilitas miokard
− perubahan irama dan frekuensi jantung
− peubahan struktur ventrikel kiri
|
Penurunan curah jantung
|
5.
|
Ds :
– Adanya ungkapan verbal tentang kelemahan
− Adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas
Do :
– Respon tensi terhadap aktivitas abnormal
− Dispnoe
− Adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan EKG.
|
Kelelahan umum
|
Intoleransi aktivitas
|
6.
|
Ds :
− Pasien banyak bertanya tentang informasi penyakitnya
Do :
− Tidak tepat dalam menjalani intruksi/therapy.
|
Kurangnya
informasi, tidak mengenal sumber informasi
|
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
|
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan hipertensi heart desease
adalah;
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai
dengan adanya keluhan nyeri pada dada, wajah meringis, gelisah sampai adanya
perubahan tingkat kesadaran, perubahan nadi,tensi.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tidak
adekuatnya ventilasi ditandai dengan dispnoe saat beraktivitas, takipnoe,
ortopnea, adanya bunyi nafas tambahan dan terjadi sianosis
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan yang berhubungan
dengan penurunan supali darah keperifer.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokard, perubahan irama dan frekuensi jantung, peubahan
struktur ventrikel kiri ditandai dengan takikardi, disritmia, perubahan tekanan
darah, bunyi jantung ekstra (S3, S4), nyeri dada, nadi perifer tak teraba,
ekstremitas dingin.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan umum
ditandai dengan adanya ungkapan verbal tentang kelemahan, respon tensi terhadap
aktivitas abnormal, adanya perasaan tidak nyaman saat beraktivitas, dispnoe,
adanya tanda-tanda iskemik yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan EKG.
6. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan
sehubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai
dengan pasien banyak bertanya tentang informasi penyakitnya, tidak tepat dalam
menjalani intruksi/therapy
D. INTERVENSI
NO
|
NO.DX
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
|
Dx1
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkanpasien
mampu melaporkan adanya pengurangan rasa nyeri/nyeri terkontrol, pasien mampu
mengungkapkan metode pengurangan nyeri, pasien mengikuti theraphy farmakologi
yang diberikan untuk mengurangi nyeri.
|
1. Pertahankan tirah baring pada fase akut
2. Lakukan tindakan distraksi dan relaksasi, ciptakan
lingkungan yang tenang
3. Minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan nyeri seperti batuk panjang, membungkuk dll.
4. Kolaborasi pemberian analgesic
|
1. Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
2. Tindakan yang menurunkan tekanan vascular dan
memblok respon simpatis efektif mengurangi rasa sakit dan komplikasinya.
3. Aktivitas vasokonstriksi akan meningkatkan tekanan vascular jantung.
4. Untuk menurunkan/ mengontrol nyeri dengan mengontrol
rangsangan system saraf simpatis.
|
2
|
Dx2
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien
menunjukan ventilasi yang adekuat/ oksigenasi dengan GDA
|
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi
dada.
2. Tinggikan posisi kepala dan Bantu dalam mengubah
posisi.
3. Bantu pasien
mengatasi ketakutan dalam bernafas
4. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
|
1. Frekuensi nafas biasanya meningkat, dispnea dan
terjadi peningkatan kerja nafas. Ekspansi dada yang terbatas menandakan
adanya nyeri dada
2. posisi kepala lebih tinggi memungkinkan espansi paru
dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi meningkatkan pengisian segmen
paru yang berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
3. Perasaan takut bernafas meningkatkan terjadinya
hipoksemia
4. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
|
3
|
Dx3
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan perfusi
jaringan adekuat seperti akral hangat, nadi perifer kuat, tanda vital normal,
orientasi pasien bagus, rasanyeri berkurang.
|
1. Awasi perubahan mental continue seperti cemas,
bingung, letargi, pingsan
2. Dorong latihan aktif/pasif
3. Pantau pernafasan
4. kaji fungsi gastrointestinal dan perkemihan
5. Kolaborasi pemeriksaan lab BUN, Creatinin,
elektrolit, GDA
|
1. Perfusi serebral langsung berkaitan dengan curah
jantung
2. Latihan aktif /pasif menurunkan statis vena,
meningkatkan aliran balik vena, menurunkan resiko tromboflebitis.
3. Pompa jantung yang gagal dapat mencetuskan distress
pernafasan. Dispnea yang terjadi tiba-tiba menunjukan adanya tromboemboli
paru.
4. Untuk mengetahui dampak negative pada perfusi dan
fungsi organ tersebut.
5. Digunakan sebagai indicator perfusi/fungsi organ
|
4
|
Dx4
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien
menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas dari gejala
gagal jantung,
|
1. Kaji frekuensi dan irama jantung
2. Catat bunyi jantung
3. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
4. Kaji perubahan pada sensori seperti letargi,
bingung, cemas, depresi.
5. Berikan istirahat dengan lingkungan yang tenang,
Bantu pasien menghindari stress
6. Kolaborasi pemberian oksigen dengan kanul/masker
sesuai indikasi.
7. Kolaborasi pemberian vasodilator
|
1. Biasanya terjadi takikardi sebagai kompensasi
penurunan kontraktilitas ventrikel.
2. Irama gallop umum dihasilkan dari ventrikel yang
distensi
3. Pucat menunjukan penurunan perfusi akibat penurunan
curah jantung
4. Untuk mengetahui adekuatnya perfusi serebral
terhadap penurunan curah jantung.
5. stress menghasilkan vaso konstriksi yang
meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi kerja jantung
6.Untuk meningkatkan kesediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard dan jaringan serta melawan efek hipoksia.
7. vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah
jantung
|
5
|
Dx5
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pasien
mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan, melaporkan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur.
|
1. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan
adanya perubahan tanda vital, dipsnoe, nyeri dada, kelelahan yang berlebihan.
2. Intruksikan pasien tentang cara penghematan energi
dan lakukan aktivitas secara perlahan.
3. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas secara
bertahap jika dapat ditolerir, beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
|
1. Dengan mengetahui parameter tersebut, akan membantu
mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan bila muncul berarti
terjadi kelebihan tingkat aktivitas
2. Tehnik menghemat energi mengurangi penggunaan energi
dan membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung secara tiba-tiba, memberibantuan sesuai kebutuhan akan mendorong
memandirikan pasien dalam beraktivitas.
|
6
|
Dx6
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan
pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah, Melaksanakan therapiuntuk
menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi,melakukan perubahan pola
perilaku yang perlu.
|
1. Jelaskan tentang fungsi jantung normal dan kelainan
yang dialami oleh pasien
2. Kuatkan rasional pengobatan
3. Diskusikan tentang obat, tujuan dan efek samping,
berikan instruksi secara verbal maupun tertulis.
4. Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam
mengontrol factor resiko dan factor pemberat.
5. Berikan kesempatan pasien untuk menanyakan,
mendiskusikan masalah dan membuat perubahan pola hidup yang perlu.
|
1. Pengetahuan tentang proses penyakit danharapan dapat
memudahkan ketaatan pada program pengibatan.
2. Pemahaman program, obat dan pembatasan dapat
meningkatkan kerjasama untuk mengontrol gejala.
3. Pemahaman kebutuhan terapiutik dan pentingnya
pelaporan efek samping dapat mencegah terjadinya komplikasi obat.
4. Menambahkan pengetahuan dan memungkinkan pasien
untuk membuat keputusan berdasarkan informasi sehubungan dengan control
kondisi dan mencegah berulang/ komplikasi.
5. Kondisi kronis sering melemahkan kemampuan koping
dan kapasitas dukungan pasien dan orang terdekat.
|
E. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
F. EVALUASI
Evaluasi
adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999:28)
Tujuan pemulangan pasien dengan
anemia adalah :
1) Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2) Mencegah komplikasi
3) Memberikan informasi tentang proses / pragnosis dan program pengobatan.
4) Pendukung kontrol aktif pasien terhadap
kondisi.
DAFTAR
PUSTAKA
Suzanne C.
Smeltzer. Brenda. E. bare. 2001. Buku
Ajar Keperawatan. Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Doegoes, L.M.
(1999). Perencanaan Keperawatan dan
Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.
Nanda NIC- NOC
.2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda
Juall. 1999. Rencana Asuhan keperawatan
dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed.
2. EGC, Jakarta.
loading...
Terimakasih atas informasinya, ini sangat membantu
BalasHapusCara Mengobati Kista