LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERITONITIS | Syoretta's Blog

Minggu, 11 Februari 2018

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERITONITIS


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN Ny.S DENGAN PERITONITIS DI RUANG DAHLIA
BLUD RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA









NAMA : HAWINEYNI SYORETTA
NIM : PO.62.20.1.16.020



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA
PRODI DIII KEPERAWATAN/REGULER XIX
TAHUN 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan klien ny.S dengan peritonitis di ruang Dahlia BLUD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan praktik klinik kami diRS dr.Doris Sylvanus PalangkaRaya. Saya menyadari bahwa laporan asuhan keperawatan ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan pembuatan laporan asuhan keperawatan selanjutnya.
Semoga laporan asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kemudahan bagi kita semua.

Palangka Raya, 27 Januari 2018

    HAWINEYNI SYORETTA




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN...................................................................... 1
C. MANFAAT PENULISAN.................................................................. 2
BAB II KONSEP TEORITIS
A. KONSEP PENYAKIT PERITONITIS............................................... 3
                1. PENGERTIAN........................................................................................................... 3
                2. ETIOLOGI ................................................................................................................ 3
                3. PATOFISIOLOGI...................................................................................................... 3
                4. TANDA DAN GEJALA............................................................................................ 5
                5. PEMERIKSAAN PENUNJANG.............................................................................. 5
                6. PENATALAKSANAAN........................................................................................... 6
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS ................................................................................................................ 6
               1.PENGKAJIAN................................................................................ 6
               2. DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................................... 8
               3. PERENCANAAN KEPERAWATAN........................................... 8
               4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................ 11
               5. EVALUASI KEPERAWATAN..................................................... 12



DAFTAR ISI

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. S DENGAN PERITONITIS DIRUANG DAHLIA BLUD RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
A.PENGKAJIAN.................................................................................... 13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................... 27
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN................................................ 28
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................ 30
E. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN
A.PENGKAJIAN.................................................................................... 34
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................... 34
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN................................................ 35
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN................................................ 36
E. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................... 37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN................................................................................... 38
B. SARAN.............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 39












BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. (Dahlan.M, 2004)
Peradangan peritoneum (peritonitis) merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. (Dahlan.M, 2004)
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.Gejala berbeda-beda tergantung luas peritonitis, beratnya peritonitis dan jenis organisme yang bertanggung jawab. Gejala-gejala utama adalah sakit perut, muntah, abdomen tegang, kaku, nyeri dan tanpa bunyi, demam dan leukositosis yang sering terjadi (Price & Wilson, 2005).
Prinsip umum pengobatan adalah dengan pemberian antibiotik yang sesuai, dekompresi saluran gastrointestinal dengan penyedotan intestinal atau nasogastrik, penggantian cairan dan elektrolit yang hilang secara intravena, tirah baring dalam posisi fowler, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab inflamasi lainnya (bila mungkin), dan tindakan untuk menghilangkan nyeri (Price & Wilson, 2005).
Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara inokulasi kecil-kecilan. Kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, penurunan resistensi, dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum.                 
Adapun tujuan yang diinginkan penulis yaitu mampu mendokumetasikan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Peritonitis di Ruang Dahlia BLUD dr.Doris Sylvanus PalangkaRaya

2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan peritonitis
2. Untuk mengetahui etiologi dari peritonitis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari peritonitis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala peritonitis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari peritonitis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan atau pengobatan peritonitis
7. Untuk dapat mendokumentasikan pengkajian keperawatan pada klien dengan Peritonitis.
8. Untuk dapat mendokumentasikan masalah keperawatan klien dengan Peritonitis.
9. Untuk dapat mendokumentasikan rencana keperawatan klien dengan Peritonis.
10. Untuk dapat mendokumentasikan tindakan keperawatan sesuai perencanaan klien dengan Peritonitis.
11. Untuk dapat mendokumentasikan evaluasi keperawatan klien dengan Peritonitis.

C. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan laporan asuhan keperawatan klien dengan peritonitis ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan peritonitis
2. Mengetahui etiologi dari peritonitis
3. Mengetahui patofisiologi dari peritonitis
4. Mengetahui tanda dan gejala peritonitis
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari peritonitis
6. Mengetahui penatalaksanaan atau pengobatan peritonitis
7. Dapat mendokumentasikan pengkajian keperawatan pada klien dengan Peritonitis.
8. Dapat mendokumentasikan masalah keperawatan klien dengan Peritonitis.
9. Dapat mendokumentasikan rencana keperawatan klien dengan Peritonis.
10. Dapat mendokumentasikan tindakan keperawatan sesuai perencanaan klien dengan Peritonitis.
11. Dapat mendokumentasikan evaluasi keperawatan klien dengan Peritonitis.

BAB II
KONSEP TEORITIS

A. KONSEP PENYAKIT PERITONITIS
1. PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum suatu membran yang melapisi rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat masunya bakteri dari saluran cerna atau organ-organ abdomen ke dalam ruang perotonium melalui perforasi usus atau rupturnya suatu organ. (Corwin, 2000).
Peritonitis adalah inflamasi dari peritoneum yang biasanya di akibatkan oleh infeksi bakteri, organisme yang berasal dari penyakit saluran pencernaan atau pada organ-organ reproduktif internal wanita (Baugman dan Hackley, 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peritonitis adalah radang selaput perut atau inflamasi peritoneum baik bersifat primer atau sekunder, akut atau kronis yang disebabkan oleh kontaminasi isi usus, bakteri atau kimia.
2. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari peritonitis antara lain :
a. Infeksi bakteri :
Organisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal atau pada wanita dari organ reproduktif internal. Bakteri paling umum yang terkait adalah E. coli, klebsiella, proteus, dan pseudomonas.
b. Sumber eksternal seperti cedera atau trauma (misal luka tembak atau luka tusuk) atau inflamasi yang luas yang berasal dari organ diluar peritoneum seperti ginjal.
c. Penyakit gastrointestinal : appendicitis, ulkus perforasi, divertikulitis dan perforasi usus, trauma abdomen (luka tusuk atau tembak) trauma tumpul (kecelakaan ) atau pembedahan  gastrointestinal.
d. Proses bedah abdominal dan dialisis peritoneal.
3. PATOFISIOLOGI
Disebabkan oleh kebocoren dari  organ abdomen kedalam rongga abdomen bisanya sebagai akibat dari inflamasi,infeksi,iskemia, trauma atau perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial, yang menimbulkan edema jaringan, dan dalam waktu yang singkat terjadi eksudasi cairan. cairan dalam peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respon segera dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikut oleh oleh ileus pralitik, disertai akumudasi udara dan cairan dalam usus.
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor activator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jajaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari system pertahanan tubuh, sengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak diantara matrika fibrin. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen yang dikenal sebagai abses.
Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit visceral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis juga terjadi karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya disertai dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur.
4. TANDA DAN GEJALA
Menurut Corwin (2000), gambaran klinis pada penderita peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang.
b. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan kedalam peritoneum.
c. Mual dan muntah.
d. Abdomen yang kaku.
e. Ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis.
f. Tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan takikardia.
g. Rasa sakit pada daerah abdomen
h. Dehidrasi
i. Lemas
j. Nyeri tekan pada daerah abdomen
k. Bising usus berkurang atau menghilang
l. Nafas dangkal
m. Tekanan darah menurun
n. Nadi kecil dan cepat
o. Berkeringat dingin
p. Pekak hati menghilang
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (1999), pemeriksaan diagnostic pada peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah lengkap : sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih dari 20.000/mm³. Sel darah merah mungkin meningkat menunjukan hemokonsentrasi.
b. Albumin serum, mungkin menurun karena perpindaahan cairan.
c. Amylase serum biasanya meningkat.
d. Elektrolit serum, hipokalemia mungkin ada.
e. Kultur, organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah, eksudat/sekret atau cairan asites.
f. Pemeriksaan foto abdominal, dapat menyatakan distensi usus ileum. Bila perforasi visera sebagai etiologi, udara bebas akan ditemukan pada abdomen.
g. Foto dada, dapat menyatakan peninggian diafragma.
h. Parasentesis, contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat, amilase, empedu, dan kreatinin.
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Netina (2001), penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :
a. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari penatalaksanaan medik.
b. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
c. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
d. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
e. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga diperlukan.
f. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
g. Tindakan pembedahan diarahkan pada eksisi ( appendks  ), reseksi , memperbaiki  (perforasi ), dan drainase ( abses ).
h. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PERITONITIS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama pasien
Umur
Jenis kelamin
Suku /Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

b. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
f. Pemeriksaan Fisik
Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.
Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok  (neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran.
Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat  kekurangan volume cairan.
g. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas sosial yang sering dilakukan.
h. Personal Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
i. Pemeriksaan Penunjang.
1. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
2. X-Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi, udara bebas (air fluid level) dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
2. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan muntah.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
5. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI
No.
No. Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Dx1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam nyeri klien berkurang

Kriteria hasil :
-Laporan nyeri hilang/terkontrol
-Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi.
-Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : 128/80 mmHg
S : 36-37,5ºC
N : 60-100 x/menit
RR : 16-20 x/menit
1. Kaji nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan karakteristik   nyeri
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pertahankan posisi semi Fowler sesuai indikasi
4. Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, napas dalam, latihan   relaksasi atau visualisasi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi:
1. Perubahan pada lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. nyeri cenderung menjadi konstan, lebih hebat, dan menyebar ke atas, nyeri dapat lokal bila terjadi abses
2. Tanda-tanda vital terkontrol
3. Memudahkan drainase cairan/luka karena gravutasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.
4. Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien denagn memfokuskan kembali perhatian.
5. Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
2
Dx2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam mengurangi infeksi yang terjadi, meningkatkan kenyamanan pasien.

Kriteria hasil:
-Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase purulen atau eritema, tidak demam.
-Menyatakan pemahaman penyebab individu / faktor resiko.
1. Catat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal.
2. Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea.
3. Catat warna kulit, suhu, kelembaban.
4. Pertahankan teknik aseptik ketat pada perawatan drein abdomen, luka   insisi/terbuka, dan sisi invasif.
5. Lakukan perawatan luka dengan steril
6. kolaboraso dalam pemberian antibiotik, contoh gentacimin (Garamycyin), amikasin (amikin), Klindamisin (Cleocin). Lavase pritoneal/IV
1. Mempengaruhi pilihan intervensi
2. Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.
3. Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septikemia. Selanjutnya manifestasi termasuk dingin, kulit pucat lembab dan sianosis sebagai tanda syok.
4. Mencegah penyebaran, membatasi pertumbuhan bakteri.
5. Menurunkan resiko terpajan pada/menambah infeksi sekunder pada pasien.
6. Terapi ditujukan pada bakteri anaerob dan basil aerob gram negatif.Lavase dapat digunakan untuk membuang jaringan nekrotik dan mengobati inflamasi yang terlokalisasi/menyebar dengan buruk.
3
Dx3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam nafsu makan dapat timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi.

Kriteria Hasil:

-Status nutrisi terpenuhi
-Nafsu makan klien timbul kembali
-Berat badan normal
-Jumlah Hb dan albumin normal
1. Timbang berat badan tiap hari.
2. Auskultasi bising usus, catat bunyi tak  ada atau hiperaktif.
3. Catat kebutuhan kalori yang dibutuhkan.
4. Monitor Hb dan albumin
5. Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dam kelancaran flatus.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet.

1. Kehilangan atau peningkatan dini menunjukkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut diduga ada defisit nutrisi.
2. Meskipun bising usus sering tak ada, inflamasi atau iritasi usus dapat                 menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorpsi air dan diare.
3. Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun.
5. Menunjukan kembalinya fungsi usus ke normal
6. Agar nutrisi klien tetap terpenuhi.
4
Dx4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam keseimbangan cairan dapat terpenuhi

Kriteria hasil:

-Haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal,
-Tanda vital stabil
-Membran mukosa lembab
-Turgor kulit baik
-Berat badan dalam rentang normal.
1. Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi (termasuk perubahan postural),   takikardia, takipnea, demam. Ukur CVP bila ada.
2. Pertahankan intake dan output yang adekuat lalu hubungkan dengan berat badan harian.
3. Observasi kulit/membran mukosa untuk kekeringan, turgor, catat edema perifer/sacral.
4. Awasi pemerikasaan laboratorium, contoh Hb/Ht, elektrolit, protein, albumin, BUN, kreatinin.
5. Kolaborasi pemberian plasma/darah, cairan, elektrolit.
1. Membantu dalam evaluasi derajat defisit cairan/keefektifan penggantian terapi cairan dan respons terhadap pengobatan.
2. Menunjukkan status hidrasi keseluruhan.
3. Hipovolemia, perpindahan cairan, dan kekurangan nutrisi mempeburuk turgor kulit, menambah edema jarinagan.
4. Memberikan informasi tentang  hidrasi dan fungsi organ.
5. Mengisi/ mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit. Koloid (plasma, darah) membantu menggerakkan air ke dalam area intravaskular dengan meningkatkan tekanan osmotik.
5
Dx5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2 normal.

Kriteria Hasil:

-Pernapasan tetap dalam batas normal
-Pernapasan tidak sulit
-Istirahat dan tidur dengan tenang
-Tidak menggunakan otot bantu napas
1. Pantau hasil analisa gas darah dan indikator hipoksemia: hipotensi, takikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan sianosis
2. Auskultasi paru untuk mengkaji ventilasi dan mendeteksi komplikasi pulmoner.
3. Pertahankan pasien pada posisi semifowler.
4. Berikan O2 sesuai progra
1. Indikator hipoksemia; hipotensi, takikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan sianosis penting untuk mengetahui adanya syok akibat inflamasi (peradangan).
2. Gangguan pada paru (suara nafas tambahan) lebih mudah dideteksi dengan auskultasi.
3. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
4. Oksigen membantu untuk bernafas secara optimal.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk  membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al., 1995).

5. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Penilaian  keperawatan merupakan kegiatan  melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil.
Langkah-langkah evaluasi :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi
2. Mengumpulkan data baru tentang klien
3. Menafsirkan data baru
4. Membandingkan data baru dengan standar yang berlaku
5. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
6. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan
Hasil evaluasi :
1. Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
 2. Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapan
 3. Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.






BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. S DENGAN PERITONITIS DI RUANG DAHLIA BLUD RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian diambil
:
Tgl.
Selasa, 15 Januari 2018

Pukul :
 12.45 WIB
Nama Mahasiswa
:
HAWINEYNI SYORETTA






I.         PENGKAJIAN
1.1  IDENTITAS
1.1.1        KLIEN

Nama                           : Ny. S                         Tgl. Masuk RS    07 Januari 2018
  Umur                           : 66 Tahun                        Diagnosa              Peritonitis, Post Op Laparatomy
Jenis Kelamin              : Perempuan                   No.M.R                 26.58.69
Suku/ Bangsa               : Jawa/Indonesia
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Swasta
Pendidikan                  : SD
Alamat                         : Jl.Tingang km. 3,5

1.1.2        PENANGGUNG JAWAB
Nama                           : Tn.M                                                        
Umur                           : 65 Tahun
Pekerjaan                     : Swasta
Pendidikan                  : SD
Hubungan Keluarga    : Suami
Alamat                         : Jl. Tingan km. 3,5

II.      RIWAYAT PERAWATAN [NURSING HISTORY]
2.1  Keluhan Utama        : 
Klien Mengatakan kadang luka bekas operasi diperutnya terasa nyeri

       2.2 Riwayat penyakit
           2.2.1 Riwayat penyakit sebelumnya             : 
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit seperti ini sebelumnya dan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
            2.2.2 Riwayat penyakit sekarang                 :
                                    Klien pertama masuk pada tanggal 07 Januari 2018 di UGD dan di beri terapi infus RL 20 tpm, inj. ranitidin, dan ketoralc. Pada tanggal 10 Januari 2018 klien masuk keruang intensive ICU dan mendapatkan perawatan intensive selama 1 hari, selanjutnya pada tanggal 11 Januari 2018 klien masuk keruangan Dahlia kamar 18.
                                    Nyeri ysng timbul pada Ny.S akibat luka post op laparatomy, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada dibagian perut tengah, nyeri yang dirasakan klien dengan skala 3 (ringan), nyeri dirasakan jika klien bergerak.
          2.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga               :
               Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti ini sebelumnya, dan tidak mempunyai penyakit keturunan ataupun penyakit menular.

Genogram Keluarga 3 (Tiga) Generasi:












Keterangan :
                 : Perempuan


                                    : Laki-laki


                                    : Klien


                                    : Tinggal dalam satu rumah
                       

III.        OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

3.1  KEADAAN UMUM        :
Tingkat kesadaran : compos mentis, kondisi fisik baik, kebersihan dan perawatan baik, terpasang infus RL 20 tpm di lengan kanan pasien, terpasang kateter, dan terpasang selang drainage pada abdomen sebelah kanan, terdapat luka jahitan post operasi laparatomy pada abdomen bagian tengah klien.

3.2  TANDA-TANDA VITAL]

S
:
37,1 OC
N
:
66 x / mnt
T
:
120/70 mmHg


Axilia

Teratur

Lengan Kiri


Rectal


Tidak Teratur


Lengan Kanan


Oral


Kuat


Berbaring





Lemah


Duduk

RR
:
20 x / mnt
HR
:
66  x / mnt





Normal

Teratur


Cyanosis


Tidak Teratur


Cheynestoke



Kusmaul

Lainnya, sebutkan    :





3.3  BODY SYSTEMS
3.3.1        PERNAPASAN [B1 : BREATHING]
a.       Hidung


Polip


Benda asing


Deviasi



Sekret


Patent



Lain-lain : Normal

.
b.      Trakhea


Mukus


Benda asing


Peradangan

Lain-lain : Normal



c.       Bentuk Rongga Dada


Barrel chest (tong)


Pigeon chest


Funnel Chest

Lain-lain : Normal



d.      Type pernapasan

Normal


Orthopnea


Chyne Stokes


Dyspnea


Cusmaul



e.       Bunyi napas

Vesikuler


Ronchi


Crecels


Wheezing


Rales


Lokasi : Seluruh bagian lapang dada
Keluhan Lain: Tidak ada


 Batuk,.........................................



Berdarah, sejak ...........................


Sputum, sejak ............................

3.3.2        PENGINDRAAN
a.       Mata
Penglijatan


Berkurang


Kabur


Ganda

Buta 

Gerakan bola mata : Normal
Visus :


VOD




VOS

Sklera :

Normal

Ikterus

Merah/hifema

Konjungtiva :

Merah Muda

Pucat/Anemis
Kornea :

Bening

Keruh
Alat Bantu : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada

b.      Telinga
Pendengaran

Normal

Berkurang



Tinitus, sejak/saat : ..................



Otalgia, sejak/saat :



Otorhea, sejak ........ Warna: ................

Keseimbangan

Normal

Terganggu, sejak ...........



Alat bantu dengar, sejak/saat : ..................


Membran timpani : ................

c.       Penghidu
Bentuk

Simetris

Asimetris



Lesi, lokasi : ..................




Patensi :




Obstruksi, lokasi: ................




Nyeri tekan sinus


Cavum masal, warna : Merah muda                Integritas: Bersih
Septum masal :


Deviasi

Perporasi

Perdarahan

3.3.3        KARDIOVASKULER [B2 : BLEEDING]


Nyeri dada :


Pusing


Palpitasi


Clubbing finger


Kram kai


Letus Cordis
-          Cafilary Refill Time


Sakit kepala





> 2 detik







< 2 detik
               Suara jantung

Normal


Ada kelainan, sebutkan :


Edema


Palpebra

Extremitas atas

Aseitas


Anasarka

Extremitas bawah
Tidak ada

Grade : -
3.3.4        PERSYARAFAN
a.       Tingkat kesadaran

Compos mentis

Sopor

Apatis


Koma

Somnolent

Gelisah


b.      GCS
E     : 4 (Spontan)
           Klien membuka mata dengan nama panggilan
V     : 5 (Berorientasi)
           Klin dapat menjawab pertanyaan dengan jelas
M    : 6 (Mengikutiperintah)
           Klien dapat mengangkat badan sesuai dengan perintah dan keinginan

Total Nilai : 15 Compos Mentis / Sadar Penuh

Pupil
Isokor

Anisokor




Midriasis

Meiosi





Refleks cahaya
Kanan
Positif

Negatif




Kiri
Positif

Negatif







Vertigo

Gelisah

Kejang



Bingung

Dysanhria

Kesemutan




Pelo

Aphasia

Tremor




c.       Penilaian fungsi syaraf cranial
Syaraf cranial I           :Klien mampu menghidup aroma bau minyak wangi
Syaraf cranial II          :Klien mampu membedakan suatu objek benda dan warna
Syaraf cranial III        :Klien mampu mengggerakan otot mata dengan cara memejam dan membuka mata
Syaraf cranial IV        :Klien mampu mengggerakan otot mata dengan cara menggerakan bola mata ke samping kanan dan kiri
Syaraf cranial V          :Klien mampu menguyah makanan dengan mulut tanpa bantuan selang NGT
Syaraf cranial VI        :Klien mampu menggerakan leher dan kepala kearah samping kanan dan kiri
Syaraf cranial VII       :Klien mampu mengekspresikan raut wajah senyum, sedih dan tertawa
Syaraf cranial VIII     :Klien mampu mendengarkan panggilan atau bisikan dari seseorang
Syaraf cranial IX        :Klien mampu menelan makanan tanpa ada rasa sakit
Syaraf cranial X          :Klien mampu berbicara dengan baik dan jelas tanpa ada gangguan pita suara
Syaraf cranial XI        :Klien mampu menggerakan leher kearah kanan dan kiri
Syaraf cranial XII       :Klien mampu menggerakan lidah salah satunya menjulurkan lidah


d.      Pemeriksaan sensorik dan motorik
Fungsi Sensorik            : Klien mampu mengggerakan otot mata dengan cara memejam dan membuka
Fungsi Motorik           :   Klien mampu memberikan rangsangan saat di perintahkan mengangkat salah satu bagian anggota tubuh.
e.       Status refleks
Refleks tendon bagian dalam     :
Klien mampu memberikan rangsangan saat di ketuk dibagian persendian kaki dan tangan
Refleks patologis                         :
Klien mampu merasakan rangsangan saat di sentuh dibagia telapak tangan dan kaki


3.3.5        PERKEMIHAN
1.      Produksi                : ± 1500 ml/24 Jam
2.      Warna                    : Kuning Pekat
3.      Bau                         : KHAS/Amoniak
4.      Pembedahan          : Tidak ada
5.      Masalah keluhan   : Tidak ada


Olguria

Menetes

Cystotonomi



Poliuria

Nyeri

Inkontinensia




Disuria

Pans

Nokturia


Terpasang keteter

Sering

Hematuria




Retensio




3.3.6        PENCERNAAN
1.        Mulut dan gigi         Bibir klien tampak kering, tidak ada bau mulut dan  gigi
klien tidak lengkap, mulut bersih
2.      Tenggerokan            : Klien dapat menelan makanan dan minum dengan baik
tanpa ada  rasa sakit saat menelan dan tidak ada peradangan
3.      Abdomen                  : Terdapat luka jahitan post operasi laparatomy pada
abdomen bagian tengah dan terpasang selang drainage pada abdomen sebelah   kanan.
4.      Rectum / Anus          : Tidak ada lesi, ulkus dan nodul sehingga saat BAB tidak
ada rasa nyeri
5.      BAB                           :  1 x/hari
6.      Konsistensi                : Padat tidak kerasa, lembek tidak cair
7.      Masalah / keluhan    : Tidak ada






Muntah

Malabsorbsi

Konstipasi



Mual

Diare

Obstipasi



Feses berdarah, sejak .......

Tidak terasa

Wasir



Melena

Haus

Lendir



Sukar menelan

Colostomi





Obat pencahar
:

Tidak

Ya


Lavement

:

Tidak

Ya




3.3.7        TULANG OTOT – KULIT (MUSKULOSKELETAL – INTEGUMEN)
1.      Tulang dan otot
a.       Kekuatan                 : Dapat menopang benda berat dan menganggat
benda tanpa bantuan 5+5+5+5
b.      Pergerakan               : Dapat bergerak tanpa bantuan maupun alat bantu
c.       Bentuk tulang          : Normal tidak ada fraktur tulang
d.      Masalah / keluhan    : Tidak ada

Kemampuan yang dinilai
Ekstremitas Atas
Ekstremitas bawah
Tulang Belakang
·         Tidak ada kelainan
·         Patah tulang
·         Peradangan
·         Perlukaan
·         Parese
·         Paralise
·         Hemiparese
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

2.      Integumen

Kulit / integumen
Rambut
Kuku
1.      Warna

2.      Turgor


3.      Kebersihan

4.      Masalah/Keluhan
Kuning Langsat

Baik,kembali <2detik

Baik

Tidak ada
Hitam

Baik


Baik

Tidak ada
Merah muda

Baik,kembali <2detik

Baik

Tidak ada




3.3.8        REPRODUKSI
1.      Laki-laki
a.       Penis                           : Tidak dikaji
b.      Scrotom                      : Tidak dikaji
c.       Testes                         : Tidak dikaji
d.      Lainnya, sebutkan      : Tidak dikaji
2.      Perempuan
a.       Vagina                        : Bentuk fisik normal, warna merah muda
b.      Urethra                       : Pengeluaran urine melaluai selang kateter
c.       Payudara                    : Tidak ada teraba benjolan di sekeliling payudara
d.      Axilia                          : Tidak ada teraba benjolan di sekeliling axilia
e.       Siklus haid                  : Tidak teratur kemungkin tanda manapouse
f.       Lainnya, sebutkan      : Tidak ada, kemungkinan riwayat pemakain KB


3.3.9        POLA FUNGSI KESEHATAN
3.3.9.1      Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Klien mengatakan ingin cepat sehat, agar cepat bisa pulang karena sudah lelah di rumah sakit.

3.3.9.2      Fungsi Kesehatan
No.
POLA FUNGSI KESEHATAN
SEBELUM SAKIT
KETIKA SAKIT
1.
Nutrisi – Metabolisme
a.       Frekuensi
b.      Nafsu makan
c.       Jenis makanan

d.      Jenis minuman
e.       Jumlah makanan
f.       Jumlah minuman
g.      Kebiasaan minum
h.      Kebiasaan makan

i.        Berat badan
j.        Tinggi badan
k.      Diit khusus

3 x sehari
Baik
Nasi,Sayur,Lauk (variasi)
Air putih
1 porsi
4-5 gelas
Saat haus
Ditunda-tunda

40 kg
153 cm
Tidak ada

3 x sehari
Baik
Susu biasa

Air putih, susu biasa
½ porsi
4-5 gelas
Saat haus
Sesuai waktu jadwal makan di rumah sakit
-
150 kg
Diet bubur saring

2.
Pola tidur dan istirahat
a.       Makan
b.      Siang
c.       Kebiasaan sebelum tidur

7-8 jam
± 2 jam
Berdoa

6-7 jam
15 menit
Berdoa

Keluhan Tidak ada
3.3.9.3      Kognitif                                 :
Klien dan keluarga menyadari kondisi penyakit klien sekarang, bahwa pada kasus yang dialami pada dirinya harus dilakukan tindakan operasi.

3.3.9.4      Persepsi diri/konsep diri      :
Klien dan kluarga dapat menerima konsisinya sekarang.

3.3.9.5      Peran / berhubungan           :
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik.

3.3.9.6      Koping – Toleransi streess   :
Klien mengatakan jika ada masalah selalu diselesaikan dengan baik dan dibicarakan dengan baik.

3.3.9.7      Nilai – Pola keyakinan         :
Klien mengatakan yakin bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tidak ada berhubungan dengan larangan agama dan keyakinan klien


3.3.10    PSIKOSOSIAL – SPIRITUAL

Berkomunikasi
Bahasa Sehari-hari          : Bahasa jawa dan bahasa Indonesia

Berbicara
Normal

Gagap

Parau



Tidak dapat menyampaikan

Dengan isyarat

Gelisah



Hubungan dengan keluarga                                             : Baik

Hubungan dengan teman/ petugas kesehatan                  : Baik

               Expresi efek dan emosi

Senang

Sedih

Marah



Takut

Mudah tersinggung
Gelisah



Menjalankan ibadah        :
Klien mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan, Klien beragama  Kristen selama di rumah sakit tidak ada menjalankan ibadah tetapi selalu berdoa





3.3.11    DATA PENUNJANG  
(Lab, Foto Rontgen, Pemeriksaan Diagnostik dll)

Hasil pemeriksaan Laboratorium Ny.Y pada tanggal 07 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai Normal
WBC
11,7 x 10^3/uL
4.00 – 10.00
RBC
3,89 x 10^6/uL
3.50 – 5.50
HGB
8,7 g/dL
11.0 – 16.0
PLT
416 x 10^3/uL
150 - 400
GDS
153 mg/dL
<200
Ureum
42 mg/dL
21 – 53
Creatinin
0,90 mg/dL
0,7 – 1,5
HbsAg
(-) Negatif
(-) Negatif

Hasil pemeriksaan Laboratorium Ny.Y pada tanggal 09 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai Normal
WBC
16,75 x 10^3/uL
4.00 – 10.00
RBC
4,10 x 10^6/uL
3.50 – 5.50
HGB
9,3 g/dL
11.0 – 16.0
PLT
388 x 10^3/uL
150 - 400

Hasil pemeriksaan Laboratorium Hematologi Ny.Y pada tanggal 09 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
9,7 g%
L : 13,5 – 18,0 ; P : 11,5–16,0
Leukosit
20.900 / mm³
4.500 – 11.000
Trombosit
450.000 / mm³
150.000 – 400.000
Hematrokrit
29 %
37 - 48

Hasil pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik Ny.Y pada tanggal 10 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai normal
Albumin
2.66 g/dL
3,5 – 5,5

Hasil pemeriksaan Laboratorium Hematologi Ny.Y pada tanggal 10 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
11, g%
L : 13,5 – 18,0 ; P : 11,5–16,0
Leukosit
19.300 / mm³
4.500 – 11.000
Eritrosit
4,6 juta / mm³
4 – 6 juta / mm³
Trombosit
440.000 / mm³
150.000 – 400.000
Hematrokrit
34 %
37 - 48

Hasil pemeriksaan Laboratorium Kimia Klinik Ny.Y pada tanggal 13 Januari 2018 :
Parameter
Hasil
Nilai normal
Albumin
3.60 g/dL
3,5 – 5,5




Hasil pemeriksaan EKG Ny. Y pada tanggal 09 Januari 2018 :
1.      Sinus rythm
2.      Right axis deviantion
3.      Incomplete right bundle branch block
4.      Left posterior homblock
5.      Loag carrected Q.t inverval
Abnormal EKG

3.3.12    TERAPI & IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. InfuRL 20 : D5% 2:2 20 tpm  
2. Infus Metronidazole 3x500ml (antibiotik obat anti mikroba yang digunakan untuk berbagai macam infeksi )
3. Infus PCT 3x500mg (paracetamol infus untuk mengatasi demam)
4. Injeksi Meropenem 2x1 ( antibiotik untuk menangani penyebaran berbagai variasi infeksi bakteri )
5. Injeksi Ketorolac 30mg 3x1 (obat anti inflamasi nonsteroid pereda nyeri)
6. Injeksi Ranitidin 50mg 2x1 ( obat yang diindikasikan untuk maag dan lambung)
7. Injeksi ODR 4mg 2x1 (obat anti mual muntah)
8. PO. Chana 3x1
                         






                                                                                    Palangka Raya, 15 Januari 2018
                                                                     Tanda Tangan Mahasiswa



            
                                                                     HAWINEYNI SYORETA



Inisial Pasien                                               : Ny. S
No. Reg                                                  : 28.16.87
ANALISA DATA
Data Fokus
(Subjektif dan Objektif)
Masalah
Kemungkinan Penyebab

DS :



DO :






Klien mengatakan kadang luka bekas operasinya terasa nyeri, nyeri ringan skala nyeri 3, nyeri seperti tergigit-gigit, nyeri pada bagian abdomen, nyeri muncul jika klien bergerak


Klien tampak lemas, kesadaran compos mentis, terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah, terdapat selang drainage pada abdomen sebelah kanan.
TD  : 114/70 mmHg
S    : 37,1 ºC
N    : 66 x/menit
RR : 20 x/menit

Nyeri Akut













Tindakan pembedahan


Terputusnya kontinuitas jaringan


Pengeluaran zat-zat kimia (bradikinin, prostatglandin, histamin)


Merangsang Hipotalamus


Stimulus Korteks serebri


Rasa nyeri dipersepsikan


Inisial Pasien                                               : Ny. S
No. Reg                                                  : 28.16.87
ANALISA DATA
Data Fokus
(Subjektif dan Objektif)
Masalah
Kemungkinan Penyebab

DS :

DO:

Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka bekas operasinya karena basah oleh terbatuk

Terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah, terdapat selang drainage pada abdomen sebelah kanan.
TD  : 120/70 mmHg
S    : 37,1 ºC
N    : 66 x/menit
RR : 20 x/menit
Hasil pemeriksaan Laboratorium 07 Januari 2018:
WBC  11,7 x 10^3/uL           (4.00 – 10.00)
Hasil pemeriksaan Laboratorium 09 Januari 2018:
WBC  16,75 x 10^3/uL         (4.00 – 10.00)
Hasil pemeriksaan Hematologi 09 Januari 2018:
Hemoglobin    9,7 g%
Leukosit         20.900 / mm³
Trombosit       450.000 / mm³
Hematrokrit    29 %
Hasil pemeriksaan Hematologi 10 Januari 2018:
Hemoglobin    11, g%
Leukosit         19.300 / mm³
Eritrosit           4,6 juta / mm³
Trombosit       440.000 / mm³
Hematrokrit    34 %

Resiko tinggi infeksi












Tindakan pembedahan


Luka post operasi


Terputusnya kontinuitas jaringan


Hilangnya fungsi kulit sebagai proteksi


Memungkinkan masuk mikroorganisme kedalam tubuh


Resiko infeksi


Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg                    : 28.16.87

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWANAN SESUAI PRIORITAS

1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi



Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
RENCANA KEPERAWATAN
No
Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1
15 Januari 2018
Dx1
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :
1. Klien tidak mengeluh  nyeri
2. Skala nyeri berkurang (skala 0-2)
3. Klien tampak rileks
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
   TD : 120/80 mmHg
   S    : 36-37,5 ºC
   N   : 60-100 x/menit
   RR : 16-20 x/menit
1. Kaji nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan karakteristik nyeri




2. Observasi tanda-tanda vital

3. Pertahankan posisi semi Fowler sesuai indikasi


4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi napas dalam



5. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
1. Perubahan pada lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkan terjadinya komplikasi. nyeri cenderung menjadi konstan, lebih hebat, dan menyebar ke atas, nyeri dapat lokal bila terjadi abses

2. Tanda-tanda vital terkontrol

3. Memudahkan drainase cairan/luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.

4. Meningkatkan relaksasi dan mungkin meningkatkan kemampuan koping pasien denagn memfokuskan kembali perhatian.

5. Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan.
Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
RENCANA KEPERAWATAN
No
Tanggal
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan/Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional
1
15 Januari 2018
Dx2
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, tidak terjadi infeksi.

Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi :
   -kalor
   -dolor
   -rubor
   -tumor
   -fungsiolesa
2. Menunjukan penyembuhan luka dengan baik
   -fase perlekatan luka
   -fase aseptik peradangan
   -fase pembersih
   -fase proliferasi
3. Klien tampak nyaman
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal
   TD : 120/80 mmHg
   S    : 36-37,5 ºC
   N   : 60-100 x/menit
   RR : 16-20 x/menit
5. Jumlah Leukosit dalam batas normal
1. Catat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal.

2. Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea.


3. Catat warna kulit, suhu, kelembaban.




4. Kaji keadaan luka klien




5. Lakukan perawatan luka dengan steril


6. kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
1. Mempengaruhi pilihan intervensi



2. Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.

3. Hangat, kemerahan, kulit kering adalah tanda dini septikemia. Selanjutnya manifestasi termasuk dingin, kulit pucat lembab dan sianosis sebagai tanda syok.

4. Mengetahui jika ada tanda-tanda infeksi dan mengetahui sejauh mana penyembuhan luka klien


5. Menurunkan resiko terpajan pada/menambah infeksi sekunder pada pasien.

6. Terapi ditujukan pada bakteri anaerob dan basil aerob gram negatif.


Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No.
Tanggal/jam
No. Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan/Tindakan Keperawatan
Evaluasi Tindakan/Respon Klien
Paraf/Nama Perawat,mhs
1












15 Januari 2018
07.00-14.00 WIB









Dx1












1. Mengkaji nyeri,  lokasi, lama, intensitas (skala 0-10) dan karakteristik nyeri

2. Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien



3. Memberikan posisi semifowler pada klien

4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik injeksi Ketorolac 30mg 3x1 & Ranitidine 50mg 3x1


1. Nyeri ringan, skala nyeri 3, nyeri seperti tergigit-gigit, nyeri pada bagian abdomen, nyeri muncul jika klien bergerak
2. TD  : 120/70 mmHg
    S     : 37,1 ºC
    N     : 66 x/menit
    RR   : 20 x/menit
3. Klien tampak nyaman dengan posisi semifowler
4. Klien tampak nyaman setelah diinjeksi obat dan nyeri berkurang, skala nyeri 2, dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diinjeksikan.

Syoretta

2

16 Januari 2018
07.00-14.00 WIB

Dx1

1. Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien



2. Memberikan posisi semifowler pada klien

3. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam selama ±15 menit kepada klien

4. Mengkolaborasikan pemberian analgetik injeksi Ketorolac 30mg 3x1 & Ranitidine 50mg 3x1

1. TD  : 110/70 mmHg
    S     : 37,1 ºC
    N     : 77 x/menit
    RR   : 20 x/menit
2. Klien tampak nyaman dengan posisi semifowler
3. Klien dapat mengikuti dengan baik dan tampak lebih rileks setelah diajarkan teknik relaksasi napas dalam.
4. Klien tampak nyaman setelah diinjeksi obat dan nyeri berkurang, skala nyeri 2, dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diinjeksikan.
Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No.
Tanggal/jam
No. Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan/Tindakan Keperawatan
Evaluasi Tindakan/Respon Klien
Paraf/Nama Perawat,mhs
1
















15 Januari 2018















Dx2
















1. Mencatat faktor risiko individu contoh trauma abdomen, apendisitis akut, dialisa peritoneal.

2. Mengkaji warna kulit, suhu, kelembaban kulit klien


3.Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien

4. Mengkaji keadaan luka klien


5. Melakukan perawatan luka dengan steril

6. . Mengkolaborasi pemberian antibiotik injeksi Meropenem  2x1g dan infus Metronidazole 3 x 500ml


1. Faktor resiko klien yaitu peritonitis dan trauma abdomen karena adanya luka jahitan post op laparatomy
2. Warna kulit klien kuning langsat tidak ada kemerahan pada daerah luka, turgor   kulit baik kembali <2 detik, S : 37,1 ºC
3. TD  : 120/70 mmHg        S     : 37,1 ºC
    N     : 66 x/menit            RR   : 20 x/menit
4. Keadaan luka jahitan klien tampak mengering sebagian, pada jahitan bagian atas masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien
5. Klien tampak nyaman dan  luka tampak bersih setelah dilakukan perawatan  luka
6. Klien tampak rileks dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang   diinjeksikan dan infus yang diberikan.
Syoretta

2

16 Januari 2018
07.00-14.00 WIB

Dx2

1. Mengobservasi/mengukur tanda-tanda vital klien

2. Mengkaji keadaan luka dan karakteristik luka klien

3. Melakukan perawatan luka dengan steril

4. Mengkolaborasi pemberian antibiotik injeksi Meropenem  2x1g dan infus Metronidazole 3 x 500ml

1. TD  : 110/70 mmHg        S     : 37,1 ºC
    N     : 77 x/menit            RR   : 20 x/menit
2. Keadaan luka klien bersih dan sudah mengering, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien
3. Klien tampak nyaman dan  luka tampak bersih setelah dilakukan perawatan  luka
4. Klien tampak rileks dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang   diinjeksikan dan infus yang diberikan.
Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam
Nomor Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan (S.O.A.P/S.O.A.P.I.E.R)
Paraf/Nama Perawat,mhs

15 Januari 2018












Dx1












S : Klien mengatakan nyeri berkurang setelah diinjeksi obat, skala nyeri 2.
O : Klien tampak lebih rileks
       TD  : 120/70 mmHg
        S    : 37,1 ºC
        N    : 66 x/menit
        RR  : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
      − Observasi tanda-tanda vital
      − Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
      − Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
Syoretta

15 Januari 2018

Dx2

S : Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka bekas operasinya karena
      basah oleh terbatuk
O : Keadaan luka jahitan klien tampak mengering sebagian, pada jahitan 
       bagian atas masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien.
       TD  : 120/70 mmHg
        S    : 37,1 ºC
        N    : 66 x/menit
        RR  : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
      − Kaji keadaan dan karakteristik luka klien
      − Lakukan perawatan luka dengan steril
      − Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi
Inisial Pasien            : Ny. S
No. Reg            : 28.16.87
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/Jam
Nomor Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan (S.O.A.P/S.O.A.P.I.E.R)
Paraf/Nama Perawat,mhs

16 Januari 2018












Dx1












S : Klien mengatakan nyeri berkurang dan hanya kadang-kadang, skala nyeri
      1.
O : Klien tampak lebih rileks
       TD  : 110/70 mmHg
        S    : 37,1 ºC
        N    : 77 x/menit
        RR  : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
      − Observasi tanda-tanda vital
      − Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
      − Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
Syoretta

16 Januari 2018

Dx2

S : 
O : Klien tampak nyaman
       Keadaan luka klien bersih dan sudah mengering, tidak ada tanda-tanda
       infeksi pada luka klien
       TD  : 110/70 mmHg
        S    : 37,1 ºC
        N    : 77 x/menit
        RR  : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan Intervensi
      − Lakukan pemeriksaan Laboratorium untuk mengetahui jumlah leukosit
      − Lakukan perawatan luka dengan steril setiap pagi
      − Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi


BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan Peritonitis di ruang Dahlia BLUD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. Dalam bab ini penulis akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang penulis angkat.
A.PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut Gordon, pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan pengumpulan informasi atau data – data ini diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan, dan pemeriksaan fisik. 
Menurut Corwin (2000), gambaran klinis pada penderita peritonitis adalah sebagai berikut : Nyeri terutama diatas daerah yang meradang, peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan cairan kedalam peritoneum, mual dan muntah, abdomen yang kaku, ileus paralitik (paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot terhadap trauma atau peradangan) muncul pada awal peritonitis, tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih dan takikardia, rasa sakit pada daerah abdomen, dehidrasi, lemas, nyeri tekan pada daerah abdomen, bising usus berkurang atau menghilang, nafas dangkal, tekanan darah menurun, nadi kecil dan cepat, berkeringat dingin pekak hati menghilang
Berdasarkan hal tersebut penulis menemukan hal tidak berbeda jauh menurut pengkajian tanda dan gejala menurut tinjauan teori Corwin (2000) tersebut. Pengkajian yang ditemukan  penulis sesuai dengan tinjauan teori menurut Corwin (2000) yaitu :
Nyeri terutama diatas daerah yang meradang (luka post operasi), abdomen yang kaku, tanda-tanda umum peradangan misalnya demam, peningkatan sel darah putih yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Laboratorium 07 Januari 2018: WBC 11,7 x 10^3/uL, hasil pemeriksaan laboratorium 09 Januari 2018: WBC : 16,75 x 10^3/uL, hasil pemeriksaan hematologi 09 Januari 2018: Leukosit: 20.900 / mm³, hasil pemeriksaan Hematologi 10 Januari 2018: Leukosit : 19.300 / mm³, rasa sakit pada daerah abdomen, dehidrasi, lemas, nyeri tekan pada daerah abdomen, dan tekanan darah yang menurun.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu keputusan klinik yang diberikan kepada pasien mengenai respon individu untuk menjaga penurunan kesehatan, status, dan mencegah serta merubah.(NANDA, 2011).
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan peritonitis menegakkan sebanyak 2 (dua) diagnosa.
1. Diagnosa yang muncul  Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, penulis menegakkan diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan. Menurut NANDA (2013), nyeri akut merupakan sensasi dan pengalaman yang tidak menyenangkan serta muncul secara aktual maupun potensial terhadap kerusakan jaringan, dengan rentang waktu nyeri kurang lebih setengah tahun dengan skala yang berbeda –beda. Penulis menegakkan diagnosa ini karena pasien peritonitis dengan post operasi laparatomy hari kedua dengan skala nyeri 4 (0 - 10).
2. Diagnosa kedua yang muncul pada pasien yaitu resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi. Infeksi merupakan salah satu penyulit pembedahan yang sering ditemui dalam praktek setiap waktu, diamana infeksi luka dapat terbatas, menyebar atau sepsis, pada insisi pembedahan. Diagnosa kedua ini penulis munculkan karena pasien post op laparatomy dengan bakteri patologi yang mampu menyebabkan timbulnya infeksi. (Dexa Media, 2007).
Berdasarkan hal di atas ,diagnosa yang muncul ada dua, dimana diagnosa kedua yaitu resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi teratasi, maka akan ada diagnosa baru yang muncul yaitu adalah kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit kronis yang diderita. Karena hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pasien supaya mengetahui tanda gejala infesi, keterbukaan dalam mendapatkan perawatan, dan lain sbagainnya. Namun penulis tidak memunculkan diagnosa ini dikarenakan data – data yang tidak begitu kuat untuk menegakkan diagnosa ini.
Pada kasus pasien peritonitis post op laparatomy, penulis tidak memunculkan diagnosa sesuai dengan tinjauan teori dikarenakan data yang diperoleh tidak menunjukkan adanya tanda – tanda yang mendukung diagnosa ini dimunculkan. Diagnose yang tidak muncul pada kasus ini antara lain : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia dan muntah,  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif,  Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri. Diagnosa ini tidak penulis tegakkan karena pasien mampu melakukan aktifitas secara normal, mampu duduk, bangun dari tempat tidur secara mandiri terkadang juga dibantu keluarga untuk memegangi saja.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Menurut UU perawat No. 38 Th. 2014, perencanaan merupakan semua rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan kepada pasien. 
Perencanaan menurut Nanda (2013) pada kasus peritonitis, post op laparatomy dilakukan perdiagnosa. Diagnosa yang pertama yaitu Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan. Perencanaan yang dilakukan untuk diagnosa pertama ini yaitu mempertahankan tirah baring dan posisi nyaman, mengkaji nyeri dengan metode PQRST, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, memonitor tanda – tanda vital untuk mengetahui perkembangan kesehatan pasien, melakukan kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri. Berdasarkan perencanaan tersebut  penulis juga melakukan perencanaan yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut. 
Diagnosa kedua, yaitu resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi dalam perencaannya menurut Nanda (2013) meliputi perawatan luka secara streril, melakukan pemberian terapi untuk mencegah infeksi, mengobservasi pasien bebas dari tanda gejala infeksi, serta mnunjukkan perilaku hidup sehat dimana semua perencanaan tersebut terdapat pada Nanda (2013), dan penulis melakukannya sesuai dengan anjuran.  Dari kedua perencanaan keperawatan untuk dua diagnosa yang ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing – masing diagnosa. Dimana  dari masing diagnose mempunyai kriteria hasil yang berbeda – beda. (Sunaryo, 2011). 

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan suatu perwujudan dari perencanaan yang sudah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda 2012).
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi dengan masing – masing diagnosa.
1.   Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan. Pada diagnosa ini penulis selama 2 kali 24jam melakukan pengkajian nyeri menggunakan metode PQRST, dan respon pasien secara subyektif yaitu klien mengatakan kadang luka bekas operasinya terasa nyeri, nyeri ringan skala nyeri 3, nyeri seperti tergigit-gigit, nyeri pada bagian abdomen, nyeri muncul jika klien bergerak, respon obyektifnya adalah klien tampak lemas, kesadaran compos mentis, terdapat luka jahitan post operasi pada abdomen bagian tengah, terdapat selang drainage pada abdomen sebelah kanan.
Tujuan dilakukannya pengkajian nyeri yaitu untuk mengetahui tindakan perawatan selanjutnya untuk pasien. Dan untuk mengurangi nyeri penulis memberikan terapi ketorolak 1 ampul karena dalam 1 ml ketorolak mengandung 30 mg ketorolak tromethamine yang berfungsi untuk meringankan rasa sakit pasca operasi. Durasi pemberian ketorolak kurang lebih lima hari dan dimasukkan dengan cara intravena melalui jalur selang infus secara pelan – pelan serta dioplos dulu menggunakan aquabidest untuk mengurangi nyeri obat saat dimasukkan (Dexa Medica, 2009), pemberian larutan infuse ringer laktat (RL) yang berfungsi untuk suplai air karena mengandung 400 kcal/ liter, dimasukkan dengan cara intravena lewat selang infuse 20 tetes per menit.
Untuk diagnosa pertama penulis juga mengajarkan kepada pasien cara relaksasi napas dalam dengan respon subyektif pasien mengatakan lebih nyaman setelah melakukan latihan napas dalam, dan data obyektifnya diperoleh data paien tampak lebih rileks, pasien antusias saat dilatih teknik relaksasi napas dalam. Pelaksanaan teknik relaksasi napas dalam bertujuan untuk merelakskan pasien dalam kondisi yang lebih nyaman dan mengalihkan pikiran pasien dari nyeri untuk fokus terhadap napas dalamnya (Nanda, 2012 - 2014). 
Monitoring tanda – tanda vital pada pasien untuk implementasi diagnosa pertama , tujuan dilakukannya monitoring tanda – tanda vital ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesehatan dari pasien dan mengetahui perkembangan kesehatan pasien. Dari tindakan implementasi ini diperoleh data tanda-tanda vital sebagai berikut: TD : 120/80 mmHg,  S    : 36-37,5 ºC , N   : 60-100 x/menit, RR : 16-20 x/menit.
2.   Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi. Pada diagnosa ini penulis melakukan asuhan keperawatan juga selama 2 kali 24 jam untuk mengatasi masalah resiko infeksi. Hal yang pertama penulis lakukan untuk mencegah infeksi yaitu memberikan terapi dan saat dilakukan tindakan diperoleh data subyektif antara lain pasien mengatakan jika setelah diberikan obat badannya lebih enak karena pasien ingin segera sembuh, sedangkan data obyektifnya klien tampak rileks dan tidak ada reaksi alergi terhadap obat yang diinjeksikan dan infus yang diberikan, pasien mendapatkan Injeksi Meropenem 2x1 gram, infuse metronidazole 3x500mg. Kegunaan  masing – masing obat ini secara umum yaitu untuk mengurangi dan mencegah terjadinya infeksi pada luka insisi pembedahan.( Dexa Medica, 2009).
Selanjutnya untuk pemberian metronidazole, dalam metronidazole 100 ml terdapat metronidazole 500mg yang berfungsi untuk melawan bakteri udara, bakteri anaerob, dan bakteri yang hipersensitiv terhadap mtronidazole seperti fusobakteria, Eubakteria, fungsi yang lain yaitu untuk mencegah infeksi setelah pembedahan yang disebabkan oleh kuman anaerob.  Meropenem berfungsi untuk menangani penyebaran berbagai variasi infeksi bakteri (Dexa Medica, 2009).
Tindakan selanjutnya untuk diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi yaitu penulis melakukan perawatan luka,dengan respon objektif pasien yaitu klien tampak nyaman dan  luka tampak bersih setelah dilakukan  perawatan  luka, perawatan luka dilakukan secara steril untuk mencegah infeksi dari bakteri anaerob dan mempercepat penyembuhan. Pada hal ini tindakan perawatan luka hampir sama dengan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi  masalah kerusakan integritas kulit. 
Tindakan berikutnya yaitu melakukan inspeksi kondisi luka/ insisi bedah. Data obyektifnya yaitu keadaan luka jahitan klien tampak mengering sebagian, pada jahitan bagian atas masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien. Tujuan dilakukannya inspeksi luka yaitu untuk mengetahui perkembangan kondisi luka dan mencegah tanda gejala infeksi muncul.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.Asmadi (2006)
 Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan tindakan pembedahan 
Pada diagnosa ini penulis sudah melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan tinjauan teori yang ada dan dilakukan semaksimal mungkin dengan tujuan masalah nyeri akut dapat teratasi.  Pada proses keperawatan sebelumnya yaitu implementasi keperawatan sudah dijabarkan bagaimana penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Dan evaluasi keperawatan yang diperoleh penulis dari asuhan keperawatan yang dilakukan selama 2 kali 24 jam yaitu masalah nyeri akut teratasi sebagian karena pasien mengatakan masih merasakan nyeri walaupun hilang timbul dan skala nyeri berkurang menjadi 2 (0 - 10), untuk mengatasi masalah nyeri akut harus melanjutkan intervensi keperawatan antara lain melakukan pengkajian nyeri, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, dan pemberian terapi analgetik, namun penulis tidak dapat melakukan perawatan secara berlanjut karena keterbatasan waktu yang telah diberikan. Dalam hal ini belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan oleh penulis dimana pasien terlihat relaks, nyeri hilang atau berkurang dengan implementasi – implementasi yang dilakukan oleh penulis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
Berdasarkan kriteria evaluasi yang telah dijelskan pada tinjauan teori dimana pasien bebas dari tanda gejala infeksi, menunjukan penyembuhan luka dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, jumlah lekosit dalam batas normal. Dari hal tersebut dapat diperoleh evaluasi keperawatan untuk diagnose ini bahwa masalah resiko infeksi teratasi sebagian dengan upaya perawatan luka dengan prinsip steril dan pemberian terapi antibiotik. Dalam hal ini penulis melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini selama 2 kali 24 jam yang sekarang belum cukup untuk mencapai kriteria hasil menurut Nanda (2013).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Peritonitis merupakan suatu masalah pada sistem pencernaan, dalam menerapkan proses keperawatan pada Ny. ”S” penulis bekerja sama dengan perawat yang bertugas di ruangan tersebut. Masalah keperawatan dapat muncul saat pengkajian dan sering kali masalah baru muncul pada saat intervensi, implementasi, dan evaluasi. Untuk itu perawat atau penulis harus memantau Ny. “S” secara intensif dengan cara apabila diluar jam dinas atau praktek melakukan pendelegasian dengan perawat jaga.
2. Pada asuhan keperawatan pada Ny. “S” yang telah dilaksanakan selama 2 hari dari tanggal 15-16 Januari 2018 muncul 2 masalah keperawatan yaitu : Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi dan resiko tinggi infeksi luka operasi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
3. Penulis melakukan evaluasi yaitu : Respon pasien secara formatif : Merupakan evaluasi yang di lakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera dan evaluasi sumatif Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada saat tertentu berdasarkan tujuan rekapitulasi dari hasil yang direncanakan pada tahap perencanaan untuk mengetahui perkembangan dan kemungkinan adanya masalah baru yang timbul.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mengalami kesulitan dalam mendapatkan studi kepustakaan karena keterbatasn buku. Dan penulis hanya dapat sift selama 5 hari di ruang Dahlia. Tetapi masalah tersebut terselesaikan dengan kerjasama antara tim kesehatan, dan teman-teman praktekan, serta pihak keluarga pasien dan pasien yang kooperative.
B. SARAN
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara holistik hendaknya penulis memiliki skill dan pengetahuan yang cukup dan mampu bekerja sama dengan tim kesehatan lain.
2. Diharapkan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan melakukan pendelegasian tugas secara baik karena dalam melekukan asukah keperawatan tidak hanya dilakukan dalam satu siff tetapi 24 jam sehingga tercipta pelayanan yang komprehensif.
3. Untuk mengidentifikasi masalah secara dini hendaknya penulis waspada terhadap perubahan yang terjadi pada pasien.
4. Diharapkan keluarga bisa ikut berperan serta atau terlibat berperan serta atau terlibat dalam pemberian perawatan pada pasien karena keluarganya dapat memberikan support dalm proses penyembuhan.



DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. (2009). Ensiclopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Haryono, R. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Herdman, H. (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R., 2000, Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta : EGC
Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.
NANDA, (2006). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda.  Alih Bahasa Budi Santosa, Prima Medika.


Semoga bermanfaat^^  
loading...

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Syoretta's Blog Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template