NUTRISI KURANG KALORI KURANG PROTEIN ( KKP ) | Syoretta's Blog

Senin, 18 September 2017

NUTRISI KURANG KALORI KURANG PROTEIN ( KKP )


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

       Protein (zat putih telur) merupakan konstituen penting pada semua sel. Jenis nutrien ini berupa struktur kompleks yang terbuat dari asam-asam  amino. Semua  makanan yang berasal dari hewan maupun tanaman  mengandung protein. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim  proteolitik untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian diserap lewat usus. Masukan segala jenis asam amino dalam  jumlah yang memadai diperlukan bagi pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Jenis-jenis asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh harus tersedia dalam makanan. Jenis asam amino ini disebut asam amino ensesial. Kalau  masukan hidratarang dibatasi, protein akan dirombak untuk menghasilkan energi.
Berdasar susunan kimianya, protein dikelompokkan  menjadi:
1.    Protein sederhana, yaitu  protein yang tidak berikatan dengan  zat  lain. Misalnya albumin yang  terdapat dalam  susu dan telur.
2.  Protein bersenyawa . Protein dapat  membentuk ikatan dengan zat lain seperti dengan glikogen membentuk gliko protein, dengan zat warna, seperti dalam  hemoglobin membentuk kromoproteid dan sebagainya .
3.  Turunan atau devirat dari protein. Termasuk turunan protein adalah albuminosa, pepton, gelatin, peptida dan sebagainya.

B.   Rumusan Masalah

1.  Apa saja bentuk-bentuk kekurangan kalori protein ?
2. Apa saja faktor yang melatarbelakangi kekurangan kalori protein ?
3. Bagaimana pengaruh kekurangan kalori protein terhadap beberapa organ ?
4. Bagaimana cara penanganan kekurangan kalori protein berat ?

C.   Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan  makalah  ini adalah untuk:
1.    Mengetahui bentuk-bentuk kekurangan kalori protein.
2.  Mengetahui faktor yang melatarbelakangi kekurangan kalori protein.
3.  Mengetahui pengaruh kekurangan kalori protein terhadap beberapa organ.
4.  Mengetahui cara penanganan kekurangan kalori protein berat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian

Kekurangan kalori protein atau protein energi malnutrition (PEM) merupakan istilah umum yang dipakai untuk menjelaskan spektrum kesakitan akibat diet yang tidak memadai, yaitu kekurangan protein dan sering pula kekurangan energi. Keadaan semacam ini terutama terjadi di negara-negara miskin dan negara berkembang.
Kurang Kalori Protein (KKP) akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang berjalan bersisian, meskipun salah satu lebih dominan ketimbang yang lain.

B.  Bentuk-bentuk Kekurangan Kalori Protein

Berdasarkan berat ringan gejala klinis yang terjadi, KKP dibedakan menjadi tiga yaitu
1.  KKP derajat ringan dan sedang
Gambaran klinik utama KKP ringan sampai sedang ialah penyusutan berat badan yang disertai dengan penispisan jaringan lemak bawah kulit. Jika KKP berlangsung menahun, pertumbuhan memanjang akan terhenti sehingga anak akan bertubuh pendek. Kegiatan fisik dan keluaran energi anak berkurang, disamping berlangsung pula perubahan pada fungsi kekebalan, saluran pencernaan, dan kebiasaan. Indikator terakhir ini tidak praktis digunakansebagai butir diagnosis. Perubahan komposisi tubuh yang mencolok pada orang dewasa ialah penyusutan jaringan adiposa sebesar 12% (lelaki) sampai 20% (wanita). Kemampuan untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat dan berlangsung lama juga berkurang. Selain itu, kemungkinan wanita KKP melahirkan bayi dengan berat lahir redah lebih tinggi ketimbang wanita normal
2. KKP berat
Pada prinsipnya, diagnosis KKP berat ditegakkan berdasarkan riwayat pangan serta gambaran klinis. Ada dua bentuk KKP berat yaitu
(a) Marasmus
Gambaran penderita marasmus dapat terwakili dalam istilah “tulang terbalut kulit”. Jaringan lemak bawah kulit (nyaris) lenyap, otot mengecil. Berat badan penderita marasmus biasanya hanya sekitar 60% dari berat yang seharusnya.
Kulit kering, tipis, tidak lentur, serta mudah berkerut. Rambut tipis, jarang, kering, tanpa kilap normal, dan mudah dicabut tanpa menyisakan rasa sakit. Penderita kelihatan apatis, meskipun biasanya masih tetap sadar, dan menampakkan gurat kecemasan. Tanda-tanda itu juga diikuti dengan lekukan pada pipi dan cekungan di mata, wajahnya seperti orang tua atau bahkan kera.
Nafsu makan sebagian penderita hilang sama sekali. Sebagian lagi masih dapat mengutarakan rasa lapar, namun jika diberikan sejumlah makanan yang diperkirakan dapat menghilangkan rasa lapar itu, penderita tidak jarang muntah. Diare menahun dan kelemahan yang menyeluruh, sehingga anak tidak dapat berdiri sendiri tanpa dibantu.
Detak jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh rendah, namun takikardia sering terjadi. Hipoglikemia juga sering terjadi, dan tidak jarang pula ditemani oleh hipotermia (suhu tubuh 35,5°C). Organ dalam (visera) biasanya kecil. Dinding perut menegang, sementara kelenjar limfe mudah sekali diraba.
Penyulit yang paling lazim terjadi ialah gastroenteritis akut, dehidrasi, infeksi saluran nafas, dan kerusakan mata akibat kekurangan vitamin A. Infeksi yang bersifat sistemik bahkan dapat menimbulkan renjatan septik atau intravascular slotting.
(b) Kwashiorkor
Edema yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak, biasanya terjadi dikaki, merupakan gambaran utama kwasiorkor. Edema bahkan dapat meluas sampai ke daerah perineum, ekstremitas atas, dan muka. Padadaerah edema tidak jarang pula timbul lesi kulit. Eritema yang timbul dedaerah edema biasanya berkilap, ada bagian yang kering, hiperkeratosis dan hiperpigmentasi yang cenderung menyatu. Epidermis mengelupas sehingga jaringan di bawah kulit mudah terinfeksi.
Jaringan lemak bawah masih cukup baik, namun jaringan otot tampak mengecil. Kekurangan berat, setelah dikurangi drngan berat cairan edema, biasanya tidak separah marasmus, tinggi badan dapat normal, dapat juga tidak, bergantung pada kemenahunan penyakit yang tengah berlangsung disampng riwayat gizi di masa lalu.
Rambut kering, rapuh, tidak berkilap, dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit. Rambut yang sebelumnya berombak berubah menjadi lurus, sementara pigmen rambut berganti warna menjadi coklat,merah, atau bahkan putih kekuningan. Keberselangan antara asuan protein yang buruk dan (Agak) baik membentuk porsi depigmentasi dan gambaran normal pada satu helai rambut sehingga memberi gambaran seperti bendera. Penderita tampak pucat, tungkai berwarna kebiruan dan teraba dingin. Eksperi wajah tampak seperti susah dan sedih, disamping apatis dan iritatif (“cengeng”).

C.  Faktor yang Melatarbelakangi Kekurangan Kalori Protein

1.  Masalah sosial
Penyalahgunaan anak, ketidakberdayaan kaum ibu, penelantaran lansia, kecanduan alkohol dan obat, pada akhirnya berujung pula sebagai KKP. Selain itu, budaya yang menabukan makanan tertentu (terutama terhadap balita serta ibu hamil dan menyusui) dan mengonsumsi bahan bukan pangan akan memicu sekaligus melestarikan KKP.
2. Ekonomi
Kemiskinan salah satu determinan sosial-ekonomi yang merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, kumuh dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Ketidaktahuan, baik yang berdiri sendiri maupun yang berkaitan dengan kemiskinan, menimbulkan salah paham tentang cara merawat bayi dan anak yang benar, juga salah mengerti mengenai penggunaan bahan pangan tertentu dan cara memberi makan anggota keluarga yang sedang sakit. Selain itu, distribusi pangan dalam keluarga terkesan masih timpang.
3. Biologi
Komponen biologi yang menjadi latar belakang KKP, antara lain, malnutrisi ibu (baik sebelum maupun selama hamil), penyakit infeksi, serta diet rendah energi dan protein.
4. Lingkungan
Tempat tinggal yang berjejalan dan tidak bersih menyebabkan infeksi sering terjadi.

D. Pengaruh Kekurangan kalori protein Terhadap Beberapa Organ

1.  Saluran pencernaan
Malnutrisi berat menurunkan sekresi asam dan melambatkan gerak lambung. Lapisan mukosa terlihat disepanjang endema. Mukosa usus halus mengalami atrofi. Vili pada mukosa usus lenyap, permukaanya berubah menjadi datar dan diinfiltrasi oleh sel-sel limposit. Pembaruan sel-sel epitel indeks mitosis, kegiatan disakarida berkurang. Pada hewan percobaan , kemampuan untuk mempertahankan kandungan normal mucin dalam mukosa terganggu dan laju penyerapan asam amino serta lemak berkurang .

2. Pankreas
Malnutrisi menyebabkan atrofi dan fibrosis sel-sel asinar yang akan menggangu fungsi pangkreas sebagai kelenjar eksokrin. Gangguan fungsi pangkreas bersama-sama dengan intoleransi disakarida akan menimbulkan sindrom malabsorpsi, yang selanjutya berlanjut sebagai diare.
3. Hati
Pengaruh malnutrisi pada hati bergatung pada lama serta jenis zat gizi yang berkurang. Glikogen pada penderita marasmus cepat sekali terkuras sehingga  zat lemak kemudian tertumpuk dalam sel-sel hati. Manakala kelaparan terus belanjut , hati mengerut sementara kandungan lemak menyusut dan protein habis meskipun jumlah hepaosit relatif tidak berubah.
Ukuran hati penderita kwasiorkor membesar serta banyak mengandung  glikogen. Infiltrasi lemak merupakan gambaran menonjol  yang terutama disebabkan oleh penumpukan trigliserida. Dengan mikroskop elektron akan terlihat poliferasi    ” retikulum endoplasma halus” , sementara jumlah “retikulum enndoplasma kasar” menurun. Mekanisme bagaimana kedua hal ini terjadi belum diketahui.
4. Ginjal
Meskipun fungsi (agak) normal ginjal masih dapat dipertahankan, GFR (glomerular filtration rate) dan RPF (renal plasma flow ) telah terbukti menurun. Penelitian di minnesota membuktikan bahwa keadaan semikelaparan dapat mengakibatkan poliuri (tampak jelas setelah 6 minggu kelaparan ) dan nokturia.
5. Sistem hematologik
Perubahan pada sistem hematlogik meliputi anemia, leukopenia, trombositopenia, pembentukan akantosit, serta hipoplasia sel-sel sumsum tulang yang berkaitan dengan  transformasi substansi dasar , tempat nekrosis sering  terlihat.derajat kelainan ini bergantung pada berat serta lamanya kekurangan kalori berlangsung.
6. Sistem kardiovaskular
Kondisi semikelaparan akan menyusutkan berat badan sebanyak 24% mengerutkan volume jantung hingga 17% disamping menyebabkan bradikardia, hipotensi arterial ringan , penurunan tekanan vena ,konsumsi oksigen, stroke volume , dan penurunan curah jantung. Dampaknya adalah kerja jantung menurun, penjenuhan (saturasi) oksigen vena dan kandungan oksigen arterial berkurang.

7. Sistem pernapasan
Hasil otopsi penderita malnutrisi menunjukkan tanda-tanda yang menyiratkan bahwa selama hidup mereka pernah terserang ,bronkitis , tuberkolosis, serta pneumonia. Kematian akibat malnutrisi biasanya terjadi berkaitan dengan pneunomia . penyulit ini terutama disebabkan oleh lenyapnya kekuatan otot , perut, sela iga ,bahu dan diafragma. Akibatnya ,fungsi ventilasi terganggu, kemampuan untuk mengeluarkan dahak menjadi rusak sehingga eksudat menumpuk dalam bronkus.

E.  Penanganan Kekurangan Kalori Protein Berat

Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi. Pegobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi. Yang pertama dimulai sejak pasien tiba dirumah sakit hingga kondisi anak stabil dan nafsu makan pulih. Fase ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Jika lebih dari 10 hari keadaan pasien tidak juga pulih, berarti diperlukan upaya tambahan.
Upaya pengobatan awal meliputi:
1.    Pengobatan atau pencegahan terhadap hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, dan pemulihan ketidakseimbangan elektrolit
2.  Pencegahan jika ada ancaman atau perkembangan renjatan septik
3.  Pengobatan infeksi
4.  Pemberian makanan
5.  Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain seperti kekurangan vitamin, anemia berat, dan payah jantung.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekurangan kalori protein atau protein energi malnutrition (PEM) merupakan istilah umum yang dipakai untuk menjelaskan spektrum kesakitan akibat diet yang tidak memadai, yaitu kekurangan protein dan sering pula kekurangan energi. Ada 4 faktor yang menjadi latarbelakang KKP, yaitu masalah sosial, ekonomi, biologi dan lingkungan. Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi yang ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa dan memulihkan keadaan gizi.

B.   Saran

Sebagai mahasiswa , kami menyarankan kepada teman-teman untuk memperhatikan dan mengatasi masalah gizi. Kesadaran teman-teman turut terlibat dalam mengatasi masalah gizi ini  agar pendidikan gizi tidak terasingkan , mengingat sangat pentingnya gizi  untuk tubuh kita.


Semoga bermanfaat^^ 
loading...

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

 
Syoretta's Blog Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template